Technopark Indonesia

Technopark Indonesia
Wisata Edukasi dan Sains

Monday, December 29, 2014

Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Pemalang ( Radar Tegal 29/10/2013) ( dokumentasi)

Widuri Tak Bersolek Lagi
Widuri..elok bagai rembulan ..oh sayang.. Kalimat itu mengingatkan kita pada sepenggal bait lagu Bop Tutupoli yang terkenal di era 70an.  Tentu kita tidak akan membicarakan lagu Widuri, melainkan Widuri yang sudah dikenal sebagai tempat obeyk wisata pantai khususnya daerah Pemalang dan sekitarnya, masihkah elok bagai keindahan rembulan di malam hari ? Berbicara mengenai Widuri kita akan menemukan kawasan Pantai yang indah dan teduh, dengan naungan vegetasi berupa pohon-pohon besar berumur ratusan tahun dan sunset yang menawan.  Jarang kita menemukan pantai dengan kerimbunan seperti di Widuri. Di lengkapi dengan waterpark yang , seakan melengkapi tren sekitar tahun 2008an, dimana banyak pihak  kepincut untuk membangun waterpark. Tren tersebut membuat waterpark atau waterboom menjamur dimana-mana, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Terlepas dari segala hiruk pikuk tersebut diawal niat baiknya adalah dilandasi semangat memajukan pariwisata di daerah dengan mengembangkan obyek wisata yang ada.  Dengan melihat kondisi sekarang pertanyaannya adalah What’s next  ? Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta , pari yang berarti “banyak atau berkeliling” wisata yang berarti “ bepergian”, (suwena,2010) dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan aktivitas orang bekeliling atau bepergian ke suatu tempat. Dalam pembangunan ekonomi pariwisata sering disebut “pasport to development”, “invisible export” (pitana,2002) yang berarti bahwa pariwisata merupakan unsur penting pembangunan ekonomi suatu negara atau daerah. Dalam UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan jelas dikatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pengembangan obyek wisata didaerah tidak lepas dari tiga pilar utama yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Kita dapat melihat bahwa banyak daerah memiliki potensi wisata baik berupa obyek wisata maupun atraksi wisata yang belum dimanage dan digarap dengan baik sehingga mempunyai nilai jual ekonomi yang menguntungkan dan berkesinambungan serta berwawasan lingkungan . Aspek kepariwisataan tersebut tidak lepas dari subsistem lainnya seperti politik, ekonomi, sosial budaya, fasilitas, peraturan daerah dan lainnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait (interconnectedness). Dalam pembangunan pariwisata di daerah dibutuhkan peranan dan kemauan pemerintah daerah dalam hal ini kesiapan atas regulasi dan pengembangan SDM pariwisata yang mumpuni untuk dapat mengelola suatu obyek wisata yang sudah dibangun dengan dengan dana APBD yang notabene merupakan dana dari masyarakat. Selama ini banyak pengelolaan pariwisata didaerah yang tumpang tindih yang disebabkan oleh kegiatan pengelolaan yang “setengah hati” maupun kepentingan-kepentingan minor sehingga potensi yang ada tidak dapat digali secara maksimal. Banyak daerah yang sadar dan segera bangkit untuk melakukan pembenahan pengolaan obyek wisata setelah menyadari bahwa obyek wisata yang dulu susah payah dibangun sekarang mati suri. Jangankan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah maupun meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya,  untuk menghidupi diri sendiripun obyek wisata di daerah tersebut banyak yang setengah tiang. Dalam pengelolaan suatu obyek wisata, kita tidak bisa hanya mengandalkan dinas atau instansi terkait saja, karena kita menyadari bahwa dalam birokrasi banyak keterbatasaan dan ketidakleluasaan untuk mengembangkan suatu bisnis yang profesional dan berdaya saing. Jalan yang terbaik dalam pengelolaan obyek wisata yang merupakan aset daerah adalah pihak pemerintah daerah menggandeng pihak ketiga, baik itu swasta maupun perusahaan daerah (perusda) untuk dapat mengelola suatu potensi wisata menjadi lebih baik. Template pengelolaan aset daerah berupa obyek wisata itu dapat melalui system BOT ( build, operating, transfer) atau lebih dikenal dengan Bangun Guna Serah (BGS), dimana pihak ketiga atau swasta dapat mengelola suatu obyek wisata dalam jangka waktu tertentu, dengan bagi hasil yang telah disepakati dan setelah jangka waktu pengelolaan berakhir, aset yang ada akan diserahkan kembali kepada pemerintah daerah. Ada sisi menguntungkan dan sisi negatif dari model pengelolaan BOT ini. Menguntungkannya adalah bahwa pemerintah daerah tidak perlu repot untuk mengurus aset obyek wisata yang dimilikinya karena sudah “diserahkan” kepada pihak ketiga. Namun ada sisi negatifnya yaitu, bahwa kearifan lokal yang kadang terabaikan dan terkadang permasalahan yang timbul selama jangka waktu BOT tersebut merupakan hal yang kontraproduktif dari sisi income maupun profesional. Belum lagi banyak contoh bahwa setelah jangka waktu BOT berakhir, pihak pemerintah daerah selaku pemilik aset hanya mendapat residu dari operasional maupun kerusakan fisik dan membutuhkan biaya perbaikan yang tidak sedikit untuk recovery. Model pengelolaan lainnya adalah dengan melibatkan pihak ketiga lainnya yaitu Perusda. Perusda sebagai perusahaan swastanya daerah perlu diberi kesempatan untuk dapat berkembang sebagai suatu pioner daya saing daerah yang notabene akan memajukan perekonomian masyarakat dan menambah Pendapatan Asli Daerah. Beberapa daerah ditanah air sukses melakukan model pengelolaan obyek wisata oleh Perusda, misalnya Kabupaten Purbalingga dengan Obyek Wisata Owabong-nya, dan contoh skala nasionalnya adalah Taman Impian Jaya Ancol. Model pengelolaan ini pemerintah daerah memisahkan aset kekayaan daerah yang berupa obyek wisata melalui penyertaan modal ke Perusda. Melalui penyertaan modal pemerintah daerah masih selaku pemilik atas aset obyek wisata hanya menyerahkan wewenang untuk pengelolaan yang lebih profesional ke perusda. Perusda yang diberi wewenang atas penyertaan modal ini dapat merupakan perusda yang baru ataupun perusda yang sudah ada dan memiliki bidang usaha pariwisata. Perusda selanjutnya sesuai Kepmendagri dan Otda No. 43 Tahun 2000 dapat membuka kerjasama joint operation atau joint venture dengan pihak swasta dalam pengelolaan obyek wisata, secara teknis dapat membentuk suatu Perseroan Terbatas (PT) dimana saham mayoritas masih dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini melalui Perusda selaku pemilik aset obyek Wisata. Banyak hal menguntungkan dengan model pengelolaan ini, dimana kontrol atas aset masih bisa dilakukan, namun sisi akuntabilitas dan profesionaltitas pun dapat ddipertanggungjawabkan. Pemalang yang memiliki aset sangat berharga yaitu Obyek Wisata Pantai Widuri perlu segera berbenah agar menjadi suatu industri pariwisata yang sehat, berdaya saing , tidak membebani APBD dan menjadi kebanggaan dan menimbulkan multiplier effect ekonomi bagi masyarakat. Pemerintah disini berperan menyiapkan opsi  regulasi dan model pengelolaan terbaik yang dapat menjadikan Widuri sebagai cluster wisata terbaik, sehingga akan mengangkat potensi wisata lainnya.  Dengan pengelolaan yang profesional, Widuri akan memliliki faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) bagi Pemalang sebagai salah satu destinasi wisata. Jika dikelola secara profesional tentunya masyarakat akan mengalami metamorfose dalam berbagai aspeknya. Di sisi ekonomi jelas secara langsung ataupun tidak langsung masyarakat akan menikmatinya, tetapi interaksi yang bersifat intesif dan akumulatif antara wisatawan dan masyarakat setempat dapat menimbulkan dampak perubahan sosial budaya baik bersifat positif maupun negatif. Untuk itu menjadi tanggung jawab bersama atas kesiapan kita jika sudah bertekad untuk menjadikan Pemalang yang berdaya saing salah satunya melalui industri Pariwisata. Kita dapat melakukan diversifikasi dan modifikasi sebagai bentuk solusi atas kondisi Widuri sekarang ini. Diversifikasi dan modifikasi  serta packaging disini berhubungan dengan tema wisata yang dibangun harus “branding ” yang unik yang bernilai khas dibandingkan obyek  wisata di daerah lain dan juga di lah dengan sajian atraksi wisata maupun explorasi kuliner yang menarik. Secara geografis kabupaten Pemalang sangat diuntungkan karena berada di wilayah Pantura yang merupakan akses utama perekonomian dimana sarana prasarana akses ke obyek Wisata Pantai Widuri sudah tersedia.  Dengan demikian impian Pemalang yang berdaya saing akan dapat diakselerasi secara nyata. Widuri ..indah bagai lukisan…oh sayang.



Pemalang, 23 Oktober 2013
Yunan Padmowiyoto
Pemerhati Pariwisata
Tinggal di Pemalang

Sunday, December 21, 2014

Menggagas Berdirinya Technopark

Sehabis kuliah beberapa hari yang lalu, penulis sempat berdiskusi kecil dengan seorang rekan terkait dengan berdirinya beragam gedung yang memenuhi tiap sudut Kota Surabaya ini. Ia menyatakan, meskipun kota buaya ini telah berdiri berbagai gedung perkantoran yang megah, rumah sakit, ratusan tempat pendidikan, taman rekreasi hingga pusat perbelanjaan yang menjamur namun ada satu hal yang kurang yakni belum adanya “technopark”.
Entahlah, mungkin karena nama “technopark” itu sendiri yang kurang familiar, sehingga keberadaanya belum terlalu diperlukan. Oleh karena itu, lewat tulisan singkat ini penulis ingin memaparkan apa, bagaimana dan manfaat apa saja yang bisa diambil atas kehadiran sebuah “technopark”. Mudah-mudahan, pasca ini ada itikad baik dari pihak-pihak yang berkompenten untuk turut serta memikirkan model “technopark” yang cocok di kota ini.

Taman Teknologi
Secara bahasa “technopark” dapat diartikan sebagai taman teknologi. Pengertianya disini adalah suatu tempat/kawasan dimana teknologi diaplikasikan. Menurut Budi Rahardjo (2002) ”technopark” diartikan sebagai area perguruan tinggi yang dapat dipergunakan oleh masyarakat industri. Di luar negeri, area seperti bisa juga disebut sebagai “science park”, “science city”, “technopark”, “business park”, “technology corridor”, “technology zone”, dan masih banyak nama lain. Tetapi, intinya tetap mengacu pada arti ”technopark” seperti disebutkan diatas.
Lebih lanjut Budi Rahardjo mengemukakan bahwa tujuan utama pendirian ”technopark” adalah untuk membuat link yang permanen antara peguruan tinggi (akademisi), pelaku industri / bisnis / finansial, dan pemerintah. Technopark mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademik dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Diharapkan penggabungan ini dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh economic return yang tinggi. Adanya technopark membuat link yang permanen antara perguruan tinggi dan industri, sehingga terjadi clustering dan critical mass dari peneliti dan perusahaan. Hal ini membuat perusahaan menjadi lebih kuat.

Mutualisme
Pada intinya, keberadaan ”technopark” ingin mengokokohkan kembali hubungan antara industri dengan dunia pendidikan tinggi. Memang, selama ini relasi itu sudah terbangun melalui berbagai program seperti co-op (Co-operative education), PKL (Praktek kerja lapangan), Kulap (kunjungan lapangan) hingga penelitian bersama. Tetapi bentuk kerja sama tersebut belum sepenuhnya berjalan maksimal. Civitas perguruan tinggi lebih banyak ”meminta” ketimbang ”memberi”. Akibatnya, sebagaian pihak industri merasa enggan untuk melakukan kegiatan ”link and match” lebih lanjut.
Tidak demikian dengan kehadiran ”technopark”. Perguruan tinggi (diwakili dosen, peneliti dan mahasiswa) senang dengan adanya technopark di kampus karena mereka dapat langsung berhadapan dengan masalah nyata yang dihadapi oleh industri. Mahasiswa dapat menggunakan pengalamannya ini sebagai referensi ketika dia mencari pekerjaan lain, jika dia tidak tertarik untuk menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Sementara bagi industri adalah adanya akses ke sumber daya manusia (SDM) di kampus. Industri dapat mengakses ide, inovasi, dan teknologi yang dikembangkan oleh para peneliti di kampus.

”Technopark” yang dibangun harus memiliki fasilitas seperti inkubator bisnis, angel capital, seed capital dan venture capital. Stakeholeder yang berperan adalah pemerintah (dalam hal ini bisa pemkot surabaya), peneliti (akademis kampus), komunitas bisnis (industri). Mereka bekerjasama untuk mengintegrasikan penggunaan dan pemanfaatan ”technopark” sebagai bangunan komersial, fasilitas riset, conference center dan bahkan sampai ke hotel. Bagi pemerintah daerah, keberadaan ”technopark” bisa menjadi pencipta lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Letak pembanguan fisik ”technopark” sangat bergantung dengan kesepakatan antara pihak perguruan tinggi dengan industri. Untuk kampus-kampus yang masih memiliki lahan luas mungkin tidak akan menjadi soal. Tetapi bagi perguruan tinggi yang wilayahnya sedikit hal ini bisa diakali dengan membangun ”technopark” diluar kampusnya. Tetapi yang prinsip adalah baik kalangan akademik maupun industri bisa dengan mudah dan leluasa untuk melakukan akses disana.

Sebuah ”technopark”yang ideal setidaknya menyediakan tiga akses utama. Pertama, akses kepada pakar yang ada dikampus. Banyak dari industri (terutama menengah) tidak memiliki tenaga ahli dalam bidangnya. Akibatnya inovasi produknya tidak bisa berjalan secara maksimal. Nah, dengan akses kepada pakar maka industri bisa menawarkan kerjasama penelitian industri. Pihak peneliti mendapatkan objek penelitian yang pas, sedangkan industri mendukungnya dengan pendanaan.
Kedua akses kepada fasilitas kampus, seperti perpustakaan, peralatan dan perlengkapan laboratorium, internet center dan fasilitas fisik lainya. Umumnya perguruan tinggi memiliki berbagai peralatan yang canggih, yang mustahil dimiiliki oleh pelaku industri menengah kebawah.
Ketiga bussines center, dimana interface antara perguruan tinggi dengan industri terjadi. Katakanlah begini, jika ada industri memiliki masalah maka ia bisa datang ke bussines center ini untuk berkonsultasi apakah ada sumber daya manusia atau fasilitas yang dapat membantu. Bussines center, jika dikelola dengan baik bisa mendatangkan keuntungan eknomis yang cukup besar.

Prospek Ke Depan
Dengan melihat paparan diatas, sudah seharusnya berdiri model ”technopark” yang pas di kota ini. Bandung misalnya, sudah mulai menggeliat dengan BHTV (Bandung High Tech Valley) dengan ITB (Institut Teknologi Bandung) sebagai motor penggeraknya. Di luar negeri pun, keberadaan ”technopark” telah menjadi salah satu indikator kemajuan.(*)

Dimuat di Jawa Pos, 23 Nopember 2005
Penulis : Nurhadi, Mahasiswa Teknik Fisika ITS

Pemerintah Minta Pemkab Segera Siapkan Lahan untuk Techno Park

Tarakan - Pemerintah serius untuk mendorong kemajuan ekonomi wilayah dan nasional melalui pembentukan Techno Park yang akan dimulai tahun depan. Untuk itu, pemerintah kabupaten diminta untuk segera menyiapkan lahan yang luas untuk pembangunan Techno Park tersebut.

"Kita akan mengembangkan Techno Park di setiap kabupaten. Karena itu siapkan lahan bagi kabupaten yang siap, dan siapkan perencanaannya," ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago di depan pimpinan daerah peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) regional Kalimantan di Kantor Wali Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Selasa (16/12/2014).

Andrinof mengatakan, pada level kabupaten akan dibangun Techno atau Science Park, dan pada level provinsi akan dikembangkan zona serupa Puspitek. Zona-zona teknologi itu dalam rangka mendukungg kawasan industri yang juga akan dibentuk. Apalagi pemerintah saat ini telah membentuk 12 kawasan ekonomi khusus (KEK) sehingga kawasan-kawasan tadi bersifat terpadu dan dapat mendorong percepatan kemajuan ekonomi.

"BPPT nanti akan turun membantu ke lapangan. Karena kita ingin pembangunan yang berkualitas," ucapnya.

Andrinof mengatakan nantinya pengembangan industri berskala besar dan strategis dalam Techno Park itu dibiayai dari APBN, sementara untuk yang skala kecil dapat menggunakan APBD.

"Saya kira untuk yang industri kecil dapat dari APBD dan realisasi pemangunannya dapat lebih cepat. Satu atau dua tahun dapat selesai," imbuhnya.

Untuk sektor yang akan dikembangkan dalam Techno Park itu, kata Andrinof, pemerintah pusat dan daerah akan memetakannya agar terintegrasi dengan industri berdasarkan potensi lokal.

Prof Yohanes Surya dari Surya University menambahkan, Techno Park dikembangkan berdasarkan potensi alam setempat. Dia mencontohkan, Marine Techno Park (Taman Teknologi Kelautan).

"Ada apa di Marine Techno Park? Ada industri perikanan. Ada budi daya laut. Ada industri input perikanan, alat tangkap ikan. Kalau sudah ada industri penangkapan ikan, tentu harus ada industri pengolahan, pengalengan dan lain-lain. Karena ada industri perikanan, maka perlu fasilitas lain, perlu infrastruktur akses. Perlu lembaga riset dan lab. Sehingga kalau sudah ada industri perikanan, kan perlu dipasarkan. Nah di situ ada pasar ikan modern. Di situ ada galangan kapalnya, pelabuhannya. Bisa dikembangkan pusat budaya bahari dan lain-lain," jelasnya.

Contoh lain yang dikatakan Surya adalah ICT Techno Park, Herbal Techno Park, Nano Techno Park, Palm Techno Park, dan Cow Techno Park.

"Ini yang macam-macam. Satu arahnya, kembangkan perekonomian lokal. Banyak aktivitas di dalamya yang saling terkait, tapi untuk kemajuan kemakmuran ekonomi rakyat," pungkasnya.

sumber : Ramdhan Muhaimin - detikNews

Thursday, December 11, 2014

Siapa yang bisa membangun Technopark ?

Sebagai suatu bentuk bisnis pariwisata , Technopark bisa dibangun oleh :

1. SWASTA

Kami sudah berpengalaman bekerja sama dengan beberapa investor swasta dalam pengembangan bisnis tempat wisata, seperti waterboom, café, karaoke, wahana technopark dan hiburan lainnya. Kerjasama dengan pihak swasta tentunya diawali dengan tahapan-tahapan standar dalam bisnis, mulai dari pembicaraan awal, letter of intent, masterplan, feasibility study, project, pendampingan management dll. Kami terbuka untuk custom bentuk kerjasama yang diinginkan pihak investor atas pembangunan Technopark. Kami telah bekerjasama dan menjalin hubungan yang baik dengan para kontraktor, maupun supplier yang dibutuhkan untuk proyek Technopark. Kami juga mempunyai sistem pendampingan management yang baik dari segala aspek untuk running usaha Technopark. 

SWASTA APA YANG SESUAI UNTUK MEMULAI USAHA TECHNOPARK ?
Usaha Wahana Wisata Technopark secara khusus tidak mengarah ke spesifikasi investor tertentu. Tentunya dibutuhkan kecukupan modal untuk bisnis Technopark , dan perlu dipahami bisnis Technopark merupakan bisnis , dapat dengan bisnis hotel dan bisnis lain yang bukan merupakan (bisnis jangka pendek), walaupun dalam pembangunannya dapat dilaksanakan bertahap disesuaikan dengan permodalan yang ada. Kami mempunyai tagline . Kami akan menyiapkan bisnis anda dari A-Z dan selama kerjasama yang disepakati. Usaha ini cocok untuk :

PENGUSAHA BARU DI BIDANG PARIWISATA
Pengusaha yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang usaha pariwisata.

PENGUSAHA WATERBOOM ATAU WATERPARK
Seiring menurunnya trend usaha wisata waterboom / waterpark di beberapa daerah, perlu adanya diversifikasi usaha pariwisata yang masih dengan nafas dan idealisme yang ada, dimana Technopark dapat menjadi alternatif utama untuk pengembangan usaha yang ada. Tentunya kita juga harus mempertimbangkan banyak faktor seperti ketersedian lahan pengembangan, permodalan, pangsa pasar dll.

PENGUSAHA PARIWISATA LAINNYA
Pengusaha hotel, rumah makan, wisata alam yang merupakan bagian dari kegiatan industri pariwisata dapat mengembangkan usaha wisatanya dengan wahana Technopark. Banyak pengusaha Hotel dimana tingkat hunian hotelnya belum mencapai rata-rata okupansi yang sehat. Technopark jika memungkinkan dapat dibangun dalam satu area hotel. 
 
2. PEMERINTAH
Pemerintah dalam hal ini bisa Pemerintah Kota / Kabupaten atau Propinsi atau bahkan Pemerintah Pusat. Persoalan mendasar yang selama ini kami alami bekerjasama dalam pemerintah adalah adanya peraturan atau regulasi dimana setiap tahapannya membutuhkan waktu dalam hal ini, perencanaan, sosialisasi, pengajuan, pengesahan dan lain-lain sesuai dengan jenjang birokrasi yang ada. Tahapan ini merupakan aturan main yang memang harus dilaksanakan untuk setiap proyek pembangunan dengan sumber dana pemerintah. Kami berpengalaman dalam pendampingan pengembangan ataupun pembangunan obyek wisata bersama Pemerintah. Pendampingan kami mulai dari sisi legal, bisnis plan , sosialisasi masyarakat, tender, pembangunan dan operasional. Aspek Legal meliputi penyusunan tahapan PROLEGDA , persetujuan dewan, lahan yang merupakan aset daerah , tahapan penyiapan operator, dalam hal ini bisa UPTD (dinas terkait) ataupun Perusda. Jika operator tersebut belum ada, kita berarti juga harus bersama untuk menyiapkan terlebih dahulu. Sumberdana pembangunan technopark oleh pemerintah juga bisa dari berbagai sumber, APBD kabupaten kota/kabupaten, APBD Propinsi, APBN , Dana Alokasi Khusus ataupun bekerjasama dengan swasta dimana atas sumber dana yang berbeda tahapan yang harus kita lalui juga berbeda.
3. PEMERINTAH BEKERJASAMA DENGAN SWASTA 
Pemerintah dapat bekerjasama dengan swasta, baik swasta murni ataupun Perusahaan Daerah atau BUMD untuk membangun dan menjalankan usaha Wisata Technopark, dengan regulasi tertentu yang harus disiapkan mengikuti perundangan yang sudah ada, dalam hal ini Perda, UU Keuangan Daerah dll.

 
 

 
 

 

 

APA ITU TECHNOPARK ?

Techno berasal dari kata Technologi artinya sains atau ilmu pengetahuan dan Park berarti Taman, adalah taman rekreasi yang dilengkapi wahana-wahana dan arena bermain yang di dalamnya terdapat konten yang berhubungan dengan Pembelajaran Tehnologi, Sains dan Pendidikan.

Sebagai suatu bentuk usaha Komersial Technopark merupakan Brand  sekaligus Tema Wahana Wisata yang baru yang kami tawarkan  dimana merupakan usaha Jasa Wahana Wisata yang mempunyai prospek bisnis yang cerah, karena bertema Pendidikan dan Teknologi, dimana unsur hiburan dan edukasi yang dikemas dalam berbagai konten wahana  hiburan yang halal, selalu berkembang, inovatif, menghibur, aman, ramah lingkungan dan tidak stagnan dan merupakan tempat pembelajaran yang interaktif bagi usia sekolah dan umum. Pendidikan selalu berkembang, seiring dengan perkembangan jaman . Kepedulian pemerintah pun ditunjukkan dengan peningkatan angaran pendidikan di RAPBN 2014 mencapai 20%. Technopark di luar negeri dikenal sebagai Science Center yang merupakan Themepark ( obyek wisata) yang berbasis pembelajaran siswa, mulai dari PAUD hingga Mahasiswa dan kalangan umum. Technopark merupakan Wahana Outting Class bagi siswa untuk lebih memahami dan aplikasi dari beberapa teori yang dipelajari di sekolah. Disiplin ilmu yang dipelajari meliputi bidang-bidang ilmu yang seperti fisika, kimia, biologi matematika, ataupun ilmu-ilmu pengetahuan terapan seperti otomotif, kelistrikan, geologi, geografi, pertambangan, astronomi , kedokteran, telekomunikasi dll. Semua bidang disiplin ilmu tersebut kita visualisasikan sebagai bentuk wahana-wahana yang lebih interaktif tanpa mengurangi nilai teori yang ada dan manfaat yang akan diperoleh secara pendidikan dan bisnis. 

ANDA PENGUSAHA WATERBOOM ATAU WATERPARKYANG OKUPANSI HANYA MENGANDALKAN MUSIM LIBURAN SAJA DAN HARI-HARI BIASA PENGUNJUNGNYA SEPI ?

Tren usaha waterpark atau waterboom booming terjadi  sekitar tahun 2009 dimana. Sekarang kondisinya beberapa waterpark tersebut ada yang survive, banyak pula diantaranya yang mati suri, hanya mengandalkan subsidi, secara bisnis dapat dikatakan sudah tidak layak, baik dari sisi pendapatan, kondisi dan perkembangan, bahkan diantaranya ada yang tutup. Kenapa kondisi ini bisa terjadi ? Jawabannya adalah bahwa pangsa pasar telah jenuh dengan model wisata air buatan seperti waterboom atau waterboom. Untuk itu kami menawarkan solusi. Saatnya untuk membanguan Wahana Wisata Sains dan Edukasi yaitu Technopark (Science Center), sebagai Wahana Membangun Masyarakat Berbudaya Iptek dan cerdas.

sumber : http://www.technoparkindo.com

Tuesday, December 9, 2014

Pariwisata Daerah

Kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan kunjungan wisatawan untuk menikmati keindahan potensi sumberdaya alam, budaya, atraksi dan kegiatan pariwisata lainnya. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai kepentingan dan erat hubungannya dengan perkembangan ekonomi masyarakat dan perkembangan global. Dengan mengacu kepada konsep ini maka pariwisata harus kreatif dan mampu mengantisipasi segala macam tren dan perkembangan serta kemungkinan baik dilihat dari sudut ekonomi maupun social budaya, dan politik. Kita tidak bisa hanya mengandalakan obyek wisata yang sudah ada dan menjadi primadona selamanya. Jadi jika pariwisata didaerah anda stagnan dan tidak berkembang, kami mempunyai solusinya. Solusi ini berupa pembangunan wahana wisata yang kreatif dan inovatif.